7 JUNI

6.07.2009

Detik bertanggalan mengirim pesan pada jasad subuh
Meliukliuk di antara pembuluh darah yang gemuruh
Pada dermaga tak lagi ada pancangpancang yang berlabuh
Remuk bersama kerat-kerat hati yang tak lagi utuh

”Sekali setahun kenang-kenang itu menggemuruh-merusuh,
Melelap-melena pada gelombang dan busa meluruh,
Engkaukah itu yang memanggilmanggil namaku sepenuh peluh?” rintihku

Lonceng malam membakar harapan yang meluluh di ujung peluh
Menikam mega di lembayung kisah pada bayang purnama separuh
Abad-abad meranggas dalam reruntuhan ranting pada sejuta keluh
Menistakan harap pada penantian yang terlanjur luruh

”Tidak, bukan engkau melagukan pesan nelayan dan pantai keruh
Hanya seserpih kenang menyelam ke dasar tasik memaruh gemuruh
Dan ganggang kenang mengambang di sela leluka meriuh,” jeritku

Jabat tanganmu tak lagi mampu beningkan telaga yang keruh
Gejolak rindu yang berserakan kutitipkan di pucuk buluh
”Kenankan aku membenam tujuh juni dalam almanak melepuh
Agar sesak tidak berulang setiap tahun berkunjung mengganti paruh
Biar aku tetap berdiri dalam tegak dan semangat tak melepuh,” pintaku

Dan Juni, pada resahku, tak mampu hadirkan jawab.
Setidaknya untuk membuatku tak henti menyimpan harap.

Image Hosted by UploadHouse.com

1 komentar:

del' mengatakan...

penuh makna... tapi ane ga ngerti

Posting Komentar

 
 
 

SEKEDAR INFO

di blog yang sederhana ini ternyata:

buah torehan telah ditulis
buah nasehat telah masuk


KOMENTATOR

Widget by

KOMENTAR TERAKHIR

VIA:

 
Copyright © Diary Aktivis