KETIKA CINTA BERTASBIH JADI CAPRES

6.30.2009

Sebelum lanjut, saya mau tanya dulu, siapa diantara teman-teman yang sudah pernah nonton Film KCB? Atau bahkan sudah berulang kali nonton filmnya. Silahkan angkat tangan, jangan sekedar senyum-senyum, hehehe. Bagi yang belum pernah nonton, berarti tak beda jauh dengan saya.
Mari kita LANJUTKAN! Tulisan ini bukan untuk membahas tentang serunya film Ketika Cinta Bertasbih, melainkan ingin menceritakan kepada teman-teman tentang sebuah film yang keren dan tak kalah serunya dengan KCB.
Ketika Cinta Bertasbih jadi Capres, judul ini sengaja saya pilih karena saling berhubungan. Nanti di akhir tulisan ini, teman-teman akan mengerti. Lho, dimana letak hubungannya? Silahkan baca terus tulisan ini.
Begini friend, tanggal 11 Juni yang lalu, saya juga termasuk salah seorang diantara sekian banyak orang yang ingin menonton Film Ketika Cinta Bertasbih(KCB) , yang tayang perdana di bioskop pada hari itu. Akhirnya perjuangan itu kandas bersamaan dengan habisnya tiket untuk nonton KCB. Ah…alangkah kecewanya pengunjung yang sudah antri beberapa jam, harus menelan pil kekecewaan, tak bisa menikmati film yang di tunggu-tunggunya. Lain halnya denganku, yang semula tidak terlalu menggebu-gebu untuk nonton KCB. Toh…pada saat itu, rencana nonton tetap terlaksana dengan memilih film yang lain. Akhirnya pilihan jatuh pada film CAPRES.
Bagi yang sudah nonton, jangan komentar dulu yah dan bagi yang belum pernah nonton, silahkan di LANJUTKAN membaca resensi film CAPRES berikut.
Film ini di awali dengan sebuah penangkapan oleh KPK yang mengakibatkan penahanan seorang pemimpin partai politik yang maju sebagai calon presiden.. Kemudian dicarilah seseorang yang lugu sebagai tumbal dan diperalat serta boneka dengan kriteria yang tidak masuk menjadi seorang pemimpin.
Dari beberapa film komedi yang lahir di tanah air Indonesia ini, film ini termasuk unik. Mungkin sedikit menyinggung mengenai dunia politik saat ini.
Film Capres mengisahkan Hartono (Dwi Sasono) yang jujur dan lugu dengan gelar sarjana ekonomi (SE) merupakan seorang office boy yang diangkat menjadi Ketua Umum sebuah Partai politik yang korup yakni Partai ASU (Anggaran Semua Untukmu), yang didirikan pada tanggal 12-12-2012. Para pengurusnya menginginkan Hartono bisa disetir dalam menjalankan kebijakan partainya. dengan tujuan supaya dana yang terkumpul dari para pejabat dan pengusaha sebagai modal kampanye bisa dipertahankan meski Ketua Umum mereka yang asli sedang dipenjara oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Hartono sendiri adalah anak pendiri Partai ASU. Jadi dia sedikit tahu tentang politik dari ayahnya yang seorang politisi yang telah meninggal dunia.

Setting waktu dalam film ini adalah pemilihan Presiden 2014, dengan harapan di tahun 2014 nanti, para anak mudalah yang menjadi capres yang mampu menghalau adanya korupsi yang telah merajai Indonesia pada saat ini. Hidup anak muda, hehehe. Film yang menceritakan tentang pemilihan Presiden di tahun 2014 ini sangat kreatif dan menghadirkan beberapa pejabat pemerintahan dan politikus seperti Wakil Presiden RI Jusuf Kalla,Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, KH Abdurahman Wahid alias Gusdur, Yusril Izha Mahendra, Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, Ruhut Sitompul dan beberapa bintang tamu diantaranya Effendi Gazali dan Sys NS. Film ini juga mengisahkan para koruptor yang pernah ditangkap oleh KPK, nama dan wajah disamarkan tapi kental dengan lelucon yang menghibur penonton.

Ada beberapa adegan dalam film ini yang menarik untuk disimak. Beberapa di antaranya ketika Hartono yang ndeso itu disulap menjadi perlente. Dari orang rendahan menjadi eksekutif, dan dari yang semula jujur menjadi penipu. Berbagai pertemuan pun harus diiikutinya, mulai dari pertemuan dengan pengusaha dan pemimpin Cina, Arab, Rusia, hingga tokoh seperti Osama bin Laden dan Obama.
Masalah mulai muncul ketika perasaan didalam hati bertanya - tanya, apakah benar yang dilakukan dan kata hatinya tersadar. Apalagi setelah dia kerap melihat secara terang-terangan kejahatan yang dilakukan teman-temannya di partai. Karena perasaan bimbang dan risau semakin kuat akhirnya Hartono harus memutuskan sesuatu yang baik untuk bangsanya. Disinilah, Hartono mulai tampil sebagai dirinya sendiri yang idealis. Sejak saat itu, Hartono menggunakan jasa dua orang pengamat politik sebagai konsultan politik dan seorang Public Relation (PR). Para konsultan politik itu memberikan tehnik menarik massa saat berpidato, tentang body language( bahasa tubuh), vocal dan lain sebagainya. 7X7= 49, setuju tak setuju yang penting penampilan. Sedangkan Public Relation (PR) menekankan tentang hubungan dengan media. 7X7= 49, setuju tak setuju yang penting pencitraan. Hal yang dilakukan Hartono ini sangat beda jauh dengan apa yang dilakukan oleh seorang pengurus partai yang menggunakan jasa dukun sebagai konsultan politiknya. Karena film ini sarat dengan komedi,di kisahkan sang dukun bekerjasama dengan lembaga survey untuk mengelabui kliennya. Sejenak dia ke belakang, menelpon beberapa lembaga survey untuk menanyakan tingkat elektabilitas sebuah partai politik dan politisi, terutama berhubungan dengan kliennya. Bukan hanya itu, sang dukun memberikan beberapa batu kepada kliennya untuk di simpan di celana dalamnya. Batu-batu elektabilitas, katanya.

Adegan lainnya adalah ketika muncul seseorang yang mirip dengan Hartono, seorang penjual bakso keliling. Kalau tidak salah, istilah dalam film ini adalah double gangger. Entah teori dari mana, katanya sih seseorang bias sukses kalau punya double gangger, seseorang yang mirip. Teman-teman pernah nonton acara talkshow komedi Republik Mimpi, Negeri Impian dan acara sejenisnya? Di sana ada beberapa tokoh politik kita yang punya kembaran atau rada-rada mirip. Seperti itulah double gangger.
Sebagai sebuah parodi, film ini cukup mengena. Film ini memberikan kritik yang pedas mengenai dunia politik walaupun ditayangkan dalam bentuk format komedi. Timingnya juga sangat pas dengan suhu politik nasional yang sedang dimarakkan persaingan antar para capres-cawapres. Dan yang pasti penggarapan unsur komedinya juga cukup baik. Tidak ada kesan kaku atau pemaksaan diri. Ada banyak kritik sosial yang ingin di sampaikan lewat film ini. Tentang dunia politik Indonesia diantaranya fenomena Politisi yang sering melakukan skandal dengan perempuan, utamanya dengan sekretaris pribadinya, percaya paranormal, money politik, pembunuhan karakter, manipulasi fatamorgana, panggung kampanye partai politik yang dipenuhi nuansa hura-hura, dengan iringan musik dangdut dan goyangan erotis dan sticker-sticker serta atribut-atribut partai politik yang suka mengumbar janji. Tapi ada juga pesan positif yang di sampaikan dari film ini, tentang kesabaran, bahwa seorang PEMIMPIN itu MELAYANI.
Inilah film yang kritis kepada pemerintahan kita apalagi bangsa Indonesia sekarang sedang gencar-gencarnya mempersiapkan Pemilihan Presiden yang di gelar 8 Juli 2009 nanti. Bahwa bangsa ini sedang sakit, butuh obat kesungguhan, kerja keras dan rasa cinta tanah air/ nasionalisme dari seluruh warganya. Selain itu, film ini juga tak melupakan peristiwa-peristiwa fenomenal dalam negeri diantaranya: tentang dukun cilik Ponari, kasus pernikahan Syeikh Puji yang dikemas dalam adegan yang lucu.
Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan. Untuk lebih jelasnya, silahkan nonton sendiri filmya .
Jadi sudah jelas, kenapa judul dari tulisan ini Ketika Cinta Bertasbih jadi CAPRES. Gagal nonton film KCB, tapi berhasil nonton sebuah film yang penuh pesan sosial.

Tentang film CAPRES
Jenis Film : Drama/komedi
Produser : Shankar Rs, Hasnan Abdullah
Produksi : Ninefx Production
Durasi : 90
Pemain : Dwi Sasono, Happy Salma, Catherine Wilson, Sujiwo Tejo, Butet Kertaredjasa, Kelik Pelipurlara, Denny Chandra, Remy Silado
Sutradara : Toto Hoedi
Penulis : Toto Hoedi

Image Hosted by UploadHouse.com


4 komentar:

sahabat berbagi mengatakan...

WAh... kedengarannya seru, penting tuk ditonton, Film sehat. tuk mengembalikan jiwa2 nasionalis generasi Indonesia yang terkubur dalam lautan hedonisme

sahabat berbagi mengatakan...

hehehe, ga nyambung......... ga seru, Qtanya ga' diajak. mauka' jg nonton deh

andi has mengatakan...

film ini cocok fi tonton oleh para politisi, seru....nda kalah ji serunya KCB(mang pernahka' nonton KCB? nda pernah pi kapang, hehehe).

Banyak pesan dan kritikan sosial yg terdapat dalam film ini, walaupun masih banyak juga kekurangannya, terutama mengumbar aurat pada adegan tertentu (adegan sekretaris dengan ketua umum palsu).

pokoknya seru...
nonton aja deh.....

hermianti mengatakan...

wahh,,,kykx sru juga tu,,,filmx,,,(kyk republik mimpi)nantipi deh klo k mks ka bru Q nonton,,,
hehehehe.....

Posting Komentar

 
 
 

SEKEDAR INFO

di blog yang sederhana ini ternyata:

buah torehan telah ditulis
buah nasehat telah masuk


KOMENTATOR

Widget by

KOMENTAR TERAKHIR

VIA:

 
Copyright © Diary Aktivis