CERITA SENJA BERSAMANYA

5.22.2010

Langit masih sore saat aku kembali menggoreskan lengkungan-lengkungan hari. Matahari beranjak syahdu menuju horizon hati. Senja sesaat lagi lembut menyapa. Aku merindukan senja ini. Senja yang mengantarkan sejuta cerita dari negeri-negeri di awan. Ada cerita mengenai takdir yang berguling-guling membentuk kehidupan. Ada cerita nasib yang bertalu-talu melukis dinding langit. Ada juga cerita-cerita tentang anak manusia yang mencari senyum dari malaikat.

Ufuk barat menguning lalu pelan-pelan menjadi merah menghiasi langit kota. Senja itu datang menyapa. Lamat-lamat mengantarkanku dalam keindahan keharubiruan cinta. Semaput tubuh ini lalu terhuyung-huyung melangkah meraba. Burung-burung tertawa seraya bercumbu diatap langit. Berkawan dengan angin lembut dari timur. Mengantarkan kehangatan dalam balutan jutaan kelembutan. Merdu, senandung langit menyapa lembut dinding jaman. Menghentakkan keangkuhan sekaligus kecantikan.


Pejuang itu, masih terukir jelas senyumnya. Pada awan-awan biru dibibir senja ini. Cinta masih berada diujung senja. Senja biru yang mengejewantahkan kesederhanaan didalamnya. Dimana dunia hanyalah sandiwara. Dimana akhirat menjadi kekasih terlekat. Pekat, lalu semakin gelap. Menghitam menelan kesombongan anak adam dalam buaian maut.

Pejuang yang tersenyum dalam balutan jilbab coklatnya. Bergelayut pelan. Menunduk pelan. Malu-malu menggoreskan hati dengan beningnya air mata. Senandung cinta dalam balutan jilbab menggerayangi tubuh langit senja. Sesekali, sesegukan. Menangis lalu pilu. Ada hati yang menangis. Ada hati yang menyepi dalam kerajaan dunia. Bersembunyi dalam ketiadaan. Lalu bersemi dari gerimis dimusim barat. Matahari tersenyum dengan selendang merahnya. Tapi sang pejuang bersungut malu dengan jilbab cokelatnya. Adakah hati yang tersenyum dalam balutan senja ini. Ataukah tetap tidak akan berwujud seperti biasanya?.

Aku masih disini. Disudut senja bersama biru yang membawa sendu. Dalam sudut hati yang masih gelap. Tidak ada indah dalam jelmaan kalam ilahi. Aku yang mengagumimu dari sisi gelapku. Menyapa lembut dari buaian angin. Tersenyum lembut dari teduhnya wajahmu. Bagiku, engkaulah pejuang sejati.

Hitam putih selalu berselisih dalam rindu. Biru dan qalbu selalu membaur menitik syahdu. Senandung atas langit selalu bergema. Tilawah malam menghempaskan kerakusan atas nafsu. Adakah maaf atas langit bagiku. Sesekali aku larut bersama angin dan awan. Terbawa-bawa, bergulung-gulung, terhuyung-huyung, lalu tenggelam. Senja ini mengatakan bahwa cinta itu selalu indah dalam ketidak-wujudannya. Sang pejuang berlalu dengan lambaian sendu. Jilbab itu masih bergelayut. Mimpi itu masih sama. Lalu pelan-pelan aku bertanya. Dimana cinta itu bila takdir menggarisinya disini? Diujung senja. Dimana langit selalu menjelma biru. Kuning, orange, lalu lamat-lamat menyentuh horizon.

Adalah langit yang dibawahnya lembah yang tersentuh lalu terenyuh. Dari malam berganti cerita menjadi pagi. Dari lirik bergilir menjadi musik. Lalu ada kupu-kupu menari diatas bunga akasia. Dari siang bergulir menjadi senja. Dari hilir mengalir bergili-gilir menjadi bulir. Pasir laut tertawa bersorak. Hutan berdendang didalamnya ­melati bersenandung. Lalu tertatih-tatih merangkai cerita dan cinta yang hilang. Hilang dalam hitamnya lubang waktu yang tak berbilang.

Dari sini, dari ujung senja. Gerimis sejuk menari riang. Ada pelangi yang berpuisi sendu. Ada angin yang meniup rindu. Kepada sang pejuang berjilbab cokelat. Dalam mimpi-mimpi yang sayu lalu layu ditelan pagi dan embun. Senyum itu, kepadanya aku titipkan cerita.

mengukir ide yang muncul di senja hari ini
Makassar,22 Mei Pkl.20.09
Image Hosted by UploadHouse.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

SEKEDAR INFO

di blog yang sederhana ini ternyata:

buah torehan telah ditulis
buah nasehat telah masuk


KOMENTATOR

Widget by

KOMENTAR TERAKHIR

VIA:

 
Copyright © Diary Aktivis