Saat hati mulai teriris, jiwa serasa terpasung....
Tak ada lagi kejernihan hati yang bisa diusung....
Lelah..penuh dengan penat berharap terlarung....
terdiam dan tidak bergerak menjadi patung....
Terulur sudah tali persahabatan kita, terjalin dalam untaian waktu.Berjuta warna pelangi merona di cerita kita, hingga waktu pun berlalu, angin menghapus semua jejaknya,hanya ada padang gurun yang gersang,panas, terasa kering dan membawa penderitaan tetapi aku tak akan pernah patah semangat, kuharap kaupun juga tetap semangat....
Kita bersama merangkai cerita disetiap detik yang berlalu, menyusun puzzle satu per satu dan mengganti tawa di setiap tangis yang pernah ada.
Ah… Indahnya persahabatan…
Lalu, jika kau minta pergi sejenak, apakah itu salah?
Aku dan kau butuh merenung dan kau pinta waktu untuk itu. Bisakah aku lakukannya?. Kita bersama memikirkan sejenak arti waktu yang telah kita lalui. Bukan karena ingin merenggangkan. Kalau ini buatku semakin kuat, kutahu kau akan mengerti.
Sahabat, kau tahu betapa berartinya dirimu.
Aku ingin setegar kemilau jingga di ufuk sore, tersenyum diujung laut, tenggelam dengan bahagia. Menekur diri di pergantian waktu. Tanpamu…, tapi itu sulit...
Aku hanya pernah mengingatkan, bila ini ternyata melukai, aku tahu engkau hanya belum bisa menerima. Terkadang ada memang yang harus menjadi jalan untuk menghitung kekurangan diri.
Biarlah bentang waktu menjadi masa bagi kita untuk belajar, meski pengertian sudah tak perlu lagi menjadi pertanyaan. Aku mengertimu, bukan karena sok tahu.. tapi aku sedang belajar memahami.
maafkan aku sahabat...
aku tak ingin memaksamu...
untuk memberi maaf kepadaku...
meskipun ketulusan....
dan beribu maaf yang ingin kusampaikan...
atau mungkin engkau harus melupakanku sejenak....
untuk mengobati luka hatimu
aku tak sanggup....
Moga tak butuh waktu lama…
karena aku tak ingin uluran itu memanjang dan kemudian putus...
(di sebuah pagi 5 Agustus 2009)
8.05.2009
Diposting oleh H45 di 10.53
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar