aku menyelam dalam dinginnya malam. Gerimis masih menari berlari. Dalam ruang bersih dan wangi, rindu menghentak dalam dada. Tombol kupencet, memunculkan namamu dalam layar. Sekali...dua kali...tiga kali... tiada kamu angkat. Mungkinkah kau telah terlelap? Aku tersenyum, kulirik jam, nampak angkanya seolah menegurku
" sedang apa kau di sini? ingat pesan saudarimu beberapa menit lampau, angin malam tak sehat bagimu.''
Kukayuh langkah dari ruang itu, menuju parkiran terus melaju kembali di jalanan Makassar. Ada yang mengusik pikirku, bertikai dalam nurani. Tak ayal, aku berhenti, mesin kumatikan. Dari saku jaket, kuraih kembali benda mini. Dari layarnya yang mungil, tersusun huruf hasil aksi jemari, perintah dari hati. Tiba- tiba, ragu menggelayuti, jempolku menekan tombol ''C'', membuat layarku kembali kosong. Otakku bekerja cepat, untaian do'a yang terlukis barusan, kuganti dengan hal lain. Sederhana alasannya. Alangkah indahnya do'a jika hanya di dengar oleh yang Maha Kuasa, tempat bermuaranya segala munajat. Tak usah beritahukan kepada orang yang kita do'akan tentang pinta kita kepada Ilahi.
Tanpa ragu lagi, segera kurangkai kata, harapan seorang kakak di momen istimewa seorang adik, menjelma menjadi pesan singkat, kupencet tombol, akhirnya terkirimlah sudah.
'' tetaplah jadi pelangi, yang menghilangkan resah setelah hujan mengguyur bumi. tetaplah berimajinasi, ku tunggu lautan penamu berwujud buku atau novel pada milad berikutmu!''
5.22.2010
Diposting oleh H45 di 06.13
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar